Risiko
Sumber Daya Manusia
Risiko
sumber daya manusia merupakan risiko yang dapat dikendalikan oleh pihak
perusahaan, sehingga dapat meminimalkan kerugian yang dialami oleh
perusahaan.Risiko sumber daya manusia menurut artikel yang dikemukakan oleh
Tanjung (2005) bahwa dalam suatu kegiatan usaha apabila ada risiko sumber daya
manusia yang dihadapi maka dapat diwaspadai oleh perusahaan tersebutdengan
pengendalian unit sumber daya manusia tersebut.Menurut aturan dan fungsinya
serta kaitannya dengan risiko-risiko atau pelanggaran tersebut yang diberikan
sehingga terjadi pemberian sanksi oleh pihak perusahaan bagi pelanggar.
A. Risiko
Lemahnya Manajemen dan Pekerja Inti
Perusahaan akan menghadapi risiko yang berat jika
manajemennya lemah, misalnya ;
·
Memiliki manajer eksekutif yang
kurang memiliki sense of leadership, kemampuan berpikir dan pengetahuan
yang luas.
·
Memiliki manajer eksekutif yang
sulit dikendalikan oleh dewan komisaris
·
Memiliki direktur keuangan yang
lemah
· Ketidak mampuan
manajemen untuk menjawab perubahan lingkungan usaha dengan cepat dan tepat.
· Struktur
organisasi yang tidak efektif, sehingga tenaga tingkat manajerial sering
mengerjakan hal-hal yang sifatnya teknis yang seharusnya dikerjakan oleh tenaga
staf.
Masalah mengenai lemahnya dewan direksi
merupakan hal yang serius karena hal tersebut akan membuat perusahaan terlena
yang berakibat hilangnya kesempatan-kesempatan emas, memperbesar kelemahan yang
ada, menghambat inisiatif karyawan dan sudah tentu akan berakibat pada
hengkangnya karyawan yang baik ke perusahaan lain. Hendaknya Chairman dan
anggotanya mampu memilih orang-orang yang tepat untuk duduk sebagai anggota
dewan direksi. Mereka yang ternyata tidak mampu bekerja hendaknya digantikan
oleh yang mampu
B. Risiko Suksesi
Beberapa perusahaan menghadapi
risiko-risiko strategis dalam hal kurangnya persiapan untuk suksesi (pergantian
pimpinan). Perusahaan keluarga
kadang-kadang menghadapi kesulitan untuk menentukan bagaimana mengendalikan
perusahaan di masa depan karena sulit untuk memilih siapa yang akan memimpin
perusahaan. Banyak contoh perusahaan gagal melakukan suksesi, sampai
akhirnya perusahaan tersebut tutup setelah pemilik yang sekaligus pimpinannya
meninggal atau sudah tidak mampu lagi menjalankan perusahaannya dikarenakan
usia tua atau kesehatan yang sudah tidak mendukung.
C. Risiko Kehilangan Pekerja Inti/Senior
Beberapa perusahaan sangat bergantung
kepada para pekerja utama atau para pekerja senior ataupun anggota
direksi. Jika para pekerja inti/senior
ini pindah ke perusahaan pesaing maka perusahaan akan berada dalam suatu risiko
besar. Jika para pekerja inti yang
pindah tersebut membocorkan rahasia perusahaan/informasi penting, maka pesaing
dapat melakukan strategi tertentu untuk mengalahkan perusahaan.
Untuk menangani risiko ini, perusahaan
dapat mengambil solusi bertahan dan agresif. Solusi yang bersifat bertahan
termasuk melarang para eksekutif bekerja rangkap perusahaan lain walaupun di
luar jam kantor. Solusi yang lebih baik adalah memberikan penghargaan kepada
para eksekutif yang punya komitmen pada perusahaan mencakup insentif finansial
( gaji, dan pembagian keuntungan), tanggung jawab manajerial, dan alih wewenang
pengambilan keputusan serta termasuk keuntungan-keuntungan gaya hidup.
D. Risiko Perselisihan dengan karyawan
Masalah-masalah kesejahteraan
seringkali menyebabkan krisis.
Masalah-masalah tersebut mencakup antara lain tuntutan kenaikan
gaji/upah, insentif, promosi, PHK, tunjangan-tunjangan, dan fasilitas-fasilitas
lainnya bagi karyawan.Perusahaan harus dapat menilai kebutuhan serikat pekerja
atau para pekerjanya, dan menyadari bahwa tuntutan mereka akan kenaikan
gajih/upah dapat mengalahkan keluhan-keluhan yang lain. Selama perselisihan,
perusahaan harus berdialog dengan serikat kerja agar didapatkan solusinya
dengan prinsip win-win.
Data keuangan perusahaan dapat
ditujukkan kepada serikat pekerja sehingga manajemen tidak memiliki apa yang
disembunyikan. Informasikan biaya gaji yang merupakan salah satu biaya terbesar
perusahaan, serta biaya-biaya yang dikeluarkan dari beberapa pesaing, sehingga
jika serikat pekerja menuntut sesuatu dan dikabulkan, bisa jadi akan membuat
perusahaan menjadi tidak bersaing. Ujung-ujungnya pekerja juga yang rugi.
Perusahaan seharusnya memiliki media
komunikasi untuk dapat menginformasikan perihal ketenagakerjaan, misalnya
mengenai berita-berita dampak negatif dari perselisihan buruh dan pengusaha. Ia
juga perlu berdialog dengan para karyawannya, misalnya melalui papan pengumuman
atau pertemuan-petemuan, atau ahkan ngirim surat ke alamat-alamat rumah para
karyawan. Perusahaan akan terus beroperasi setelah terjadinya perselisihan, mka
hendaknya dalam menyelesaikan perselisihan mestinya perusahaan dapat memenuhi
paling tidak sebagian dari tuntutan mereka agar kedua belah pihak dapat
menyelesaikan perselisihan ini dengan baik dan terhormat.
Risiko
Kecurangan
Kecurangan dapat dilakukan oleh manusia
dalam organisasi, termasuk organisasi bisnis.
Banyak perusahaan menyatakan bahwa kecurangan merupakan kejadian yang
lumrah dan alamiah di perusahaan selama mental orang-orang dalam perusahaan
masih menganggap uang adalah tujuan, selain lemahnya moral.
Kecurangan dapat dilakukan oleh
kelompok-kelompok orang dalam perusahaan, misalnya :
· Blue color
workers. Mereka dapat
mencuri barang-barang, terutama yang sulit dideteksi saat mereka keluar kantor.
· Clerical
workers. Mereka dapat
melakukan pemalsuan-pemalsuan angka atau menghilangkan dokumen atau menjual
informasi pada pesaing.
· Rotasi karyawan
untuk bagian-bagian tertentu
· Larangan untuk
memasuki tempat/ruang tertentu bagi karyawan yang tidak berkepentingan
· Penggunaan
alat-alat pengamanan seperti alarm, cermin, kamera, dan lain-lain
·
Tenaga keamanan yang handal
Dan
lain-lain.
A. Bagaimana kecuranagan terjadi
1. Motif. Si penipu mempunyai alasan
untuk melakukan kecurangan itu.
2. Objek pencurian bernilai tinggi. Cek
selain dapat diisi dengan angka yang besar, ia mudah desembunyikan dan
diuangkan. Akan berbeda jika yang dicuri misalnya pasir untuk emmbangun rumah.
Pasir memiliki volume besar mudah diketahui jika dicuri dan sulit untu dijual.
3. Kesempatan. Si penipu mempun yai
kesempatan untuk berlaku curang karena pada saat terjadinya kecurangan sipenipu
yakin bahwa situasi aman-aman saja.
4. Kesenjangan pengandalian. Individu
perlu merasa yakin bahwa jika ia melakukan kecurangan, maka kejahatan ini tidak
akan diketahui walaupun pihak yang berkepentingan melakukan kontrol.
B. Pencegahan kecurangan
Pencegahan
dimulai dengan membuat suatu kebijakan perusahaan terhadap kecurangan, antara
lain :
1. Sikap perusahaan pada penyelewengan.
Perusahaan harus menyatakan bahwa penyelewengan adalah suatu kejahatan dan oleh
karena itu harus ditindak.
2. Kebijakan perusahaan terhadap
pemberian-pemberian dari pihak luar harus diinformasikan dan dijelaskan pada
orang-orangyang dianggap perlu agar jelas mana yang hadiah dan mana yang berupa
sogokan dan mana yang resmi.
3. Metode untuk pengendalian dan
pengawasan penyelewengan harus dijelaskan, kecuali untuk penyelidikan yang
sifatnya rahasia.
4. Tanggung jawab terhadap pengawasan
harus dijelaskan, sebab beberapa penyelewengaan ternyata hanya diselesaikan
oleh staf yang lebih senior.
5. Sumber-sumber tertentu harus
tersedia dalam rangka mendeteksi kecurangan karena kecuranagan sulit ditemukan
dalam pemeriksaan yang biasa-biasa saja.
6. Saluran-saluran untuk melaporkan
telah terjadinya kecurangan hendaknya diketahui oleh staf agar dapat diproses
pada jalur yang benar.
7. Kebijakan-kebijakan untuk menangani
mereka yang bersalah termasuk didalamnya kebijakan pengaduan kepolisi harus
jelas.
Risiko Pemasaran
Menurunnya
pendapatan, susutnya market share serta kurangnya distribusi barang
merupakan sebagian dari tanda-tanda kegagalan pemasaran. Kegagalan pemasaran akan menjadi ancaman
besar bagi perusahaan. Bila hal ini
terjadi terus menerus maka jelas perusahaan akan bangkrut. Kegagalan pemasaran dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, yaitu antara lain :
1. Risiko yang disebabkan oleh kebijakan
pemerintah
Perusahaan akan berada pada situasi
rawan jika tidak mampu menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah
tertentu, contoh kenaikan pajak. Hal ini
akan berakibat pada kenaikan biaya, selanjutnya bisa juga menurunkan daya beli
konsumen, yang akhirnya menurunkan permintaan.Peraturan-peraturan pemerintah
tertentu, seringkali dapat meningkatkan biaya perusahaan untuk dapat mengikuti
peraturan-peraturan tersebut, contoh penanganan limbah dan program keselamatan
kerja.
2. Siklus
Kehidupan Produk
Produk-produk yang memiliki siklus kehidupan yang pendek,
seperti barang-barang elektronik mudah sekali terjadinya penurunan permintaan,
sehingga harganya jatuh, pada saat produk tersebut mulai tidak diminati, karena
disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya munculnya model yang baru, teknologi
yang baru, dan sebagainya.
3. Persaingan
Perusahaan bersaing dalam berbagai aspek diantaranya adalah
harga. Perang harga dapat terjadi antara
sesama produsen produk sejenis, yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti :
·
Dampak dari kapasitas produksi
·
Inovasi yang terbatas
·
Kampanye pemasaran yang agresif.
4. Pemalsuan
Pemalsuan merupakan risiko perusahaan.Merek merupakan salah
satu objek pemalsuan jika merek tersebut merupakan merek terkenal.Selain akan mengurangi pendapatan, pemalsuan merek
juga akan mengurangi reputasi perusahaan karena biasanya kualitas barang yang
palsu tidak sebaik yang asli.
5. Performance produk yang rendah
Konsumen hanya akan membeli produk yang dapat memuaskan
kebutuhannya, sehingga akhirnya hanya produk yang kinerjanya terbaik saja yang
akan dipilih. Kinerja mengenai kekuatan,
kemudahan operasi, pelayanan purna jual, dan lain-lain.
6. Promosi
yang kurang baik
Promosi hendaknya dilakukan secara berencana dan terus
menerus agar efektif sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Perlu diingat konsumen potensial perlu
informasi yang tepat, sedangkan konsumen yang telah melakukan pembelian perlu
terus dibina agar melakukan pembelian ulang atau bahkan mereka dapat menjadi
pemasar tidak langsung oleh karena kepuasan yang mereka terima diinformasikan
kepada orang lain.
Upaya-upaya Meminimalkan Risiko Pemasaran
Dalam meminimalkan risiko pemasaran, perusahaan harus
membangun suatu visi pemasaran, selanjutnya pemasaran harus berada pada pasar
yang tepat, menawarkan produk-produk dan servis unggulan, serta memiliki
program-program yang jelas.
Perusahaan hendaknya memasuki pasar yang memiliki kriteria
sebagai berikut :
·
cukup besar
·
terus
tumbuh
·
tidak rawan terhadap kebijakan
pemerintah
·
perusahaan di
dalam pasar tersebut mampu bersaing.
Selanjutnya pada pasar yang telah
dipilihnya, perusahaan hendaknya dapat memiliki performance yang unggul
dibandingkan dengan para pesaingnya, performance tersebut bisa diperoleh
karena berbagai faktor seperti : lokasi, parkir, suasana,
kelengkapan/persediaan barang, harga, keramahan, desain produk, dan
lain-lain. Di samping itu juga
perusahaan yang maju hendaknya terus menerus melakukan inovasi, misalnya
meluncurkan produk-produk baru, dan mempunyai cara-cara baru untuk menarik
perhatian konsumen.
Perusahaan harus fokus pada pelanggan, artinya
harus peduli pada kebutuhan dan keinginan pembeli, untuk itu perusahaan harus
membangun komunikasi yang efektif dengan para pelanggan, sehingga perusahaan
dapat memahami pelanggannya, dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para
pelanggannya. Komunikasi yang efektif
dengan para pelanggan juga dapat memberikan informasi yang sangat berguna bagi
perusahaan untuk menyusun perencanaan pemasaran dan pelaksanaan program-program
pemasaran.